ASKEP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang  
Leukimia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta bentuk sel-sel.darah putihnya tidak normal. Pada pemeriksaan mikroskopis apus darah tepi terlihat sel darah putih muda, besar-besar dan selnya masih berinti (disebut megakariosit) putih (neoplasma hematology).
Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Sebab itulah, orangtua dituntut untuk sigap dan memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak yang menunjukkan gejala-gejala mirip simptom kanker, Mengingat tingginya risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.

B. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Leukimia.

2.      Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1.      Dapat menjelaskan definisi Leukemia
2.      Dapat menyebutkan etiologi dan manifestasi klinis dari Leukemia
3.      Dapat menjelaskan patofisiologi Leukemia
4.      Dapat menentukan diagnosa keperawatan Leukemia
5.      Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak  dengan Leukimia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A      ANATOMI FISIOLOGIS
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas bermacam-macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit.  Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau sel darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai 10.000/mm³. Lima jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total); eosinofil (2,3%); basofil (0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%). Leukosit ini sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang (granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan monosit hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam tubuh, terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang, normalnya adalah 4-8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada dalamdarah sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam jaringan. Begitu masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, kecuali kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Trombosit dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan kata lain, setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter darah.
(Gayton & Hall, 1997)

a.       Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya. Granulosit memiliki diameter 10-12 µm, dengan demikian lebih besar daripada eritrosit. Dengan bertambah tuanya granulosit, nukleus terbagi menjadi beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear (polimorf)
b.      Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan menempati sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 µm.
c.       Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 µm, dengan nucleus oval atau berbentuk ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum tulang.
d.      Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan hidup sekitar 10 hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa; sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel (bagian terdalam lapisan pembuluh darah).  
John Gibson (2002)







B       DEFINISI PENYAKIT
a.       Leukimia adalah penyakit ganas yang progresif pada organ pembentuk darah, yang ditandai oleh perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit serta perkusornya dalam darah dan sum-sum tulang. (Dorland, 1995)
b.      Leukimia ditandai dengan adanya proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darahputih dalam sum-sum tulang, menggantikan elemen sum-sum tulang normal. (Brunner-Suddarth, 2002)
c.       Leukimia adalah produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang menjurus pada kanker sel mielogenosa atau sel limfogenosa. (Guyton & Hall, 1997)
d.      Leukimia adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan adanya proliferasi sel-sel hematopoetik. (Virchow, 1997)

KLASIFISIKASI
Menurut perjalanan penyakitnya, dapat dibagi atas leukimia akut dan kronik. Dengan kemajuan pengobatan akhir-akhir ini, pasien leukemia granulositik kronik. Dengan demikian pembagian akut dan kronik tidak lagi mencerminkan lamanya harapan hidup. Namun pembagian ini masih menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi.
Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia myeloid dan limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar, pembagian leukemia adalah sebagai berikut:
1.      leukemia myeloid
a.       leukemia granulositik kronik (leukemia myeloid/ mielositik/ mielogenous kronik)
b.      leukemia mieloblastik akut (leukemia myeloid/ mielositik/ granulositik/ mielogenous akut)
2.      leukemia limfoid
a.       leukemia limfositik kronik
b.      leukemia limfoblastik akut
Pada klien anak, dua bentuk yang umum ditemukan adalah jenis ALL dan AML

1.      Leukemia Mielogenus Akut

AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

2.      Leukemia Mielogenus Kronis

CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.


3.      Luekemia Limfositik Akut

ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Walaupun Leukimia Limfositik Akut (LLA) terdapat pada 20% orang dewasa yang menderita leukimia, kedaan ini merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun, dengan puncak insiden antara umur 3 dan 4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblast abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstrameduler (diluar sum-sum tulang, yaitu kelenjar limfe dan limpa. Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur-unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Karena tempat-tempat di ekstrameduler juga terlibat, penderita penyakit ini mempunyai kelenjar limfe yang membesar (limfadenopati) dan hepatosplenomegali; nyeri tulang sering terjadi. Sistem saraf pusat (mis: sakit kepala, muntah, kejang, gangguan pengelihatan) juga dapat terlibat. Diagnosis di tegakkan melalui hitung sel darah lengkap, diferensiasi, hitung trombosit, dan pemeriksaan sum-sum tulang.
Hitung sel darah putih umumnya meningkat dengan nyata disertai adanya limfositosis; hitung sel darah merah rendah. Sum-sum tulang biasanya hiperseluler disertai adanya infiltrasi limfoblas.Awitan LLA biasanya mendadak disertai perkembangan dan kematian yang cepat jika tidak diobati. Perbaikan dengan dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak saja 90-95 % dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60 % menjadi sembuh. Hal ini dicapai melalui pengobatan kemoterapi. Pada umumnya kemoterapi merupakan kombinasi dari vinkristin, prednison, dan L-asparaginase. Daunorobisin ditambahkan pada penderita resiko tinggi. Hasil pengobatan secara intensif pada orang dewasa panderita LLA adalah kira-kira 35 % penderita dapat hidup tanpa penyakit selama 5 tahun (Gale, 1989). Transplantasi sum-sum tulang harus dipikirkan bagi orang dewasa yang menderita LLA lanjut pada remisi kedua untuk memperpanjang masa hidup tanpa penyakit. Anak-anak yang mengalami remisi kurang dari 18 bulan harus dipikirkan untuk mendapatkan transplantasi sum-sum tulang (Gale dan Waldman, 1989).

 

4.      Leukemia Limfositik Kronis

CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

Faisal Yatim (2003)

A      ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

a.       Faktor genetik :

Virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).

Selain itu terlihat adanya kecenderungan kejadian leukemia akut, lebih banyak terjadi pada anggota tertentu.

b.      Radiasi ionisasi

Lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya

c.       Terpapar zat-zat kimiawi

Seperti benzen, Arsen, Kloramfenikol, Fenilbutazon, dan agen anti neoplastik Penelitian di Cina mengemukakan adanya resiko leukemia pada seseorang yang mendapat
pengobatan chloramphenicol 11-12 kali dibandingkan dengan seseorang yang tidak memperolehnya.

d.      Terinfeksi virus

Hasil penelitian dari beberapa jenis unggas, seperti burung pelican, mencit, tikus dan sapi, bahwa penyebab leukemia sejenis mikroorganisme yang lolos dari saringan kuman tetapi masih bisa terlihat dengan mikroskop elektron. Mulanya mikroorganisme tersebut dinamakan virus RNA.

e.       Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti Diethylstilbestro

f.       Faktor herediter

misalnya pada kembar monozigot

g.      Kelainan kromosom :

h.     Sindrom Bloom’s, Trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.


B       MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang khas adalah pucat, panas dan perdarahan diserrtai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegalia serta limfanodeaptia. Penderita yang menunjukkan gejala lengkap, secara klinis dapat didiagnosis leukimia. Pucat dapat terjadi mendadak, sehingga bila pada seorang anak terdapat pucat yang mendadak dan sebab terjadinya sukar diterangkan, waspadalah terhadap leukimia. Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi dan sebagainya. Pada stadium permulaan mungkin tidak terdapat splenomegali.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalah-tafsirkan sebagai penyakit reumatik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukimia pada alat tubuh, seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukimia serebral dan sebagainya. Tanda dan gejala seperti pada LGA, dikaitkan dengan penekanan unsur-unsur sumsum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama.
(Ngastiyah, 1997)

C       PATOFISIOLOGI
Sum-sum imatur berproliferasi dalam sum-sum tulang dan jaringan perifer dan mengganggu perkembangan sel normal. Akibat sel-sel leukimia yang terus menerus melakukan proliferasi, walaupun kadang-kadang lambat namun sering dijumpai kepadatan populasi yang jauh lebih tinggi dari sel-sel normal hematopoetik pada orang normal. Akibatnya, hematopeosis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah lekosit, sel darah merah dan trombosit Eritrosit dan trombosit jumlahnya  dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi infiltrasi lekemia lain ke organ-organ lain lebih sering terjadi pada AAL dari pada bentuk lekemia lain dan mengakibatkan nyeri karena hati dan limpa, sakit kepala, muntah karena keterlibatan meninges, dan nyeri tulang. Organ vaskuler atas seperti limpa dan hati merupakan organ yang sering diserang oleh sel ini. Sedangkan pada fase kronis berhubungan dengan jumlah kelainan biokimia yang khas, leukositosis disertai oleh peningkatan kadar vitamin B12, serum dan peningkatan daya ikat serum terhadap vitamin.
Ada dua miskonsepsi yang harus diluruskan mengenai leukimia ini yaitu
1.      Walaupun leukimia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukimia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel immatur
2.      Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi celluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekwensi kompetisi untuk mendapatkan element makanan metabolik

A      KOMPLIKASI
Berikut ini dapat dicermati komplikasi yang timbul pada leukimia:
a.       Anemia (kurang darah) : hal ini dikarenakan produksi sel darah merah kurang atau akibat perdarahan
b.      Terinfeksi berbagai penyakit : hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, pada leukimia, obat-obatan anti leukimia menurunkan kekebalan.
c.       Perdarahan : hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukimia pada sum-sum tulang sehingga sel pembeku darah  produksinya berkurang.
d.      Gangguan metabolisme
o Berat badan turun
o Demam tanpa infeksi yang jelas
o Kalium dan kalsium darah meningkat, malahan ada yang rendah
o Gejala asidosis sebagai akibat asam laktat meningkat
e.       Penyusupan sel leukimia pada organ-organ:
o Terlihat organ limpa membesar
o Gejala gangguan saraf otak
o Gangguan kesuburan
o Tanda-tanda bendungan pembuluh pembuluh darah paru

Penyebab Kematian
Telah diketahiu bahwa leukimia (kanker darah) merupakan satu penyebab kematian. Hal ini dikarenakan seseorang yang didiagnosa menderita leukimia, sepanjang hidupnya harus berhadapan dengan:
1.      Penyakit infeksi
2.      Perdarahan
3.      Gabungan infeksi dan perdarahan
4.      Gangguan fungsi organ fital seperti otak, jantung dan paru akibat penyusupan sel leukimia
(Faisal Yatim,2003)
B       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a)      Pemeriksaan laboratorium
o   Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan
Gejala yang terlihat dari darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang berupa adanya pansitopenia, limositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton.
o   Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem lain terdesak
o   Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak
b)      Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakn suatu leukimia meningeal. Kedaan
ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk pencegahannya adalah dengan pemberian metotreksat (MTX).
(Ngastiyah, 1997)







C       PENATALAKSANAAN
1.      Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat  yang  dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker:
a.       Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1.      Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2.      Obat  golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3.      Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4.      Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
b.      Pola pemberian kemoterapi
o                                Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
o                                Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti              pembedahan atau radiasi,tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
o                                Kemoterapi Primer yang bersifat kemosensitif,
 Biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
o                                Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
c.   Cara pemberian obat kemoterapi.
   1)      Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous  drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.
   2)     Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
   3)     Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
  4)       Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
   5)     Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
    6)     Topikal
    7)     Intra arterial
    8)     Intracavity
    9)     Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang   banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.
d.   Tujuan pemberian kemoterapi.
1)      Pengobatan.
2)      Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3)      Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4)      Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e.   Persiapan dan Syarat kemoterapi.
1)      Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a.             Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b.            Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c.             Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila     serim creatinin meningkat.
d.            Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e.             EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

2)     Syarat
o   Keadaan umum cukup baik.
o   Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
o   Faal ginjal dan hati baik.
o   Diagnosis patologik
o   Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
o   Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
·         Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000 /mm³, trombosit > 150 000/mm³.
f.     Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1.      Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2.      Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3.      Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul  dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4.      Effek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
(Munir Kamarullah)




2.      Transfusi darah
Transfusi darah biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g %. Pada trombositopenia yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
3.      Kortikosteroid
Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason, dsb). Setelah itu dicapai remisi,dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan
4.      Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm³ pemberiannya harus hati-hati.
5.      Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat dikamar yang suci hama)
6.      Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah, imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan)
(Ngastiyah, 1997)
7.      Pemenuhan nutrisi untuk penderita kanker
Penderita kanker, bagaimanapun, memerlukan nutrisi yang baik. Ini karena hampir 50 persen penderita penyakit ini mengalami penurunan berat badan. Nutrisi tidak hanya penting bagi penderita yang sedang menjalani terapi dan pemulihan dari terapi, tapi juga pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan.
Penderita kanker, sering mengalami koheksia, yakni sindrom yang ditandai dengan gejala klinik berupa anoreksia, perubahan ambang rasa kecap, penurunan berat badan, anemia, gangguan metabolisme, protein, dan lemak. Keadaan ini merupakan akibat dari kanker, baik lokal maupun sistemik, juga komplikasi obat anti kanker.
Tiga hal yang bisa mempengaruhi atau menimbulkan masalah gizi pada penderita kanker, yaitu kemoterapi, radiasi, dan pembedahan. Kemoterapi bisa berperan pada terjadinya malnutrisi (kurang gizi) pada penderita. Hal ini dimungkinkan karena kemoterapi bisa menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, gangguan saluran cerna, dan penurunan berat badan.
Radiasi juga berkontribusi pada terjadinya malnutrisi. Beratnya malnutrisi yang terjadi ditentukan oleh tempat dilakukannya radiasi, dosis, dan lama radiasi. sedikitnya ada tiga efek samping radiasi pada masalah nutrisi. Pertama, radiasi kepala yang menimbulkan efek samping mual dan muntah. Radiasi leher berupa mucositis, sulit menelan, dan susah membuka mulut. Radiasi abdomen (daerah perut) berupa diare, gastritis, mual, dan muntah.
Pembedahan merupakan terapi primer pada kanker saluran cerna yang mungkin dikombinasi dengan kemoterapi atau radiasi.Tumor yang berada di saluran cerna biasanya berpengaruh pada masalah nutrisi.
a.       Terapi Nutrisi
Kebutuhan nutrisi penderita kanker sangat individual. Ada penderita yang membutuhkan lebih banyak, ada pula yang sedikit. Kebutuhan itu pun berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan. Namun secara umum, kebutuhan kalori yang dianjurkan adalah 25-35 kalori/kg berat badan/hari, protein 1-2 gram/kg berat badan/hari. Suplementasi vitamin sesuai kebutuhan, terutama bagi yang tidak dapat mengonsumsi makanan bergizi seimbang. ''Pada prinsipnya, makanan sama dengan orang lain. Seimbang protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral,''
b.      cara memberikan nutrisi bagi penderita kanker
Ada tiga cara yang dapat dilakukan. Selain melalui mulut atau per oral, dapat pula melalui Pipa, dan selang. Pemberian melalui mulut, kata dia, merupakan cara yang paling disukai. Hanya saja, pada penderita yang mengalami anoreksia dan perubahan cara rasa kecap, pemberian makanan dengan cara ini kerap menjadi masalah. Ini karena, ia tidak bisa membedakan rasa makanan yang masuk ke dalam mulut. Gangguan seperti ini biasanya dialami penderita kanker yang berhubungan dengan pencernaan.
Untuk mengatasinya, penyajian makanan harus dapat membangkitkan selera makan. Misalnya, makanan dapat diberi bumbu lebih banyak. Pemberiannya jangan dipaksa-paksakan. Makanan diberikan sedikit-sedikit, tapi sering. Bagi penderita dengan ganguan menelan, sebaiknya diberikan makanan lunak yang mudah ditelan. Sedangkan bagi penderita dengan sariawan, beri makanan yang lembut, hindari makanan terlalu panas, asam, dan berbumbu tajam.
Bila pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima, dipertimbangkan pemberian makanan dengan cara lain. Kalau fungsi saluran cerna masih baik, maka makanan diberikan lewat pipa. Pipa bisa dipasang melalui mulut, bisa melalui hidung yang bermuara di lambung maupun usus halus, tergantung lokasi tumor. Pemilihan formula sama dengan penderita bukan kanker.
Masih ada cara lain, yakni makanan disalurkan lewat selang (parenteral). Cara ini memang berisiko tapi pada keadaan tertentu perlu dipertimbangkan. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada penderita kanker dengan gangguan fungsi saluran cerna, atau pasien yang menjalani operasi pemotongan usus yang luas. Pemberian nutrisi perenteral perlu pemantauan ketat karena selain mahal, juga mempunyai efek samping yang cukup besar.
(Burhansyah)



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
FKUI. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Gibson, John . 2002. Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nelson, Waldo E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak (Ed 15). Jakarta : EGC.
Ngastitah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Subinarto, Djoko.2005. Penyakit Anak Usia 2-5 tahun. Jakarta : Nexx Media.
Yatim, Faisal. 2003. Talasemia, Leukimia & Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.